Selasa, 27 November 2007

Fwd: [Republika Online] Orang Tua Perokok, Bayi Ikut Merokok?



21 Nopember 2007
Orang Tua Perokok, Bayi Ikut Merokok?
mag/ant

Adakah yang lebih dzalim daripada menyakiti bayi tak berdosa? Itulah kenyataan yang sadar atau tidak sadar, sesungguhnya kini sedang dilakukan ratusan juta perokok di seluruh dunia. Faktanya, Bayi-bayi yang terlahir dari orang tua perokok ternyata membawa racun di tubuhnya.

Adalah ilmuwan asal Inggris yang mengungkapkan hal tersebut. Mereka menyatakan bahwa dalam air seni bayi yang lahir dari orang tua perokok ditemukan senyawa cotinine yang besarnya lima kali lipat dibandingkan dengan bayi-bayi terlahir dari orang tua bukan perokok. Cotinine adalah produk samping dari nikotin, zat berbahaya yang ada dalam rokok.

Ironisnya, cotinine ini dapat membahayakan jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan tekanan darah. Dr MP Wailoo dari University of Leicester, Inggris, yang terlibat aktif dalam penelitian tersebut menegaskan bahwa senyawa tersebut amat berbahaya. Cotinine bisa ditemukan dalam darah perokok atau keturunannya pada usia sangat dini, di mana mereka belum siap untuk menerima perawatan detoksifikasi dengan menggunakan sejumlah peralatan.

Dalam penelitiannya, Wailoo dan rekan-rekannya mengukur jumlah cotinine di dalam air seni 71 bayi dengan orang tua perokok dan 33 bayi dari orang tua yang bukan perokok pada saat usia bayi-bayi tersebut sekitar 10 hingga 12 pekan. Hasilnya, rata-rata kandungan cotinine mencapai 5,58 kali lebih tinggi ditemukan pada bayi yang salah satu orang tuanya perokok dibandingkan dengan bayi-bayi yang orang tuanya bukan perokok. Hal ini diungkapkan Wailoo dan sejawatnya yang mengirimkan artikelnya ke Archives of disease in Childhood.

Ibu penentu utama
Mana dari orang tua perokok tersebut yang berperan penting dalam kesehatan sang bayi? Jawabnya adalah sang ibu. Kesimpulan penelitian ini adalah memiliki ibu yang perokok merupakan faktor penentu utama bayi memiliki kandungan senyawa cotinine yang tinggi dalam air seninya. Kandungannya bahkan meningkat empat kali lipat. Sementara, bayi yang ayahnya perokok meningkatkan kandungan senyawa cotinine dalam air seninya menjadi dua kali lipat.

Para peneliti juga menemukan bahwa bayi yang tidur satu tempat tidur dengan orang tua yang perokok cenderung memiliki kandungan cotinine yang lebih tinggi. Selain itu, mereka menemukan, tingkat cotinine umumnya lebih tinggi pada saat cuaca lebih dingin, di mana para orang tua kemungkinan lebih besar merokok di luar ruangan. Hasil temuan tersebut memperlihatkan kecenderungan bayi untuk menjadi perokok pasif kelas berat dari orang tua yang perokok.

Temuan ini tentu patut diwaspadai, terutama di Indonesia yang orang tuanya sebagian besar adalah perokok. Penelitian Indonesian Forum on Parliamentarians for Population and Development (IFPPD) melaporkan, dua dari tiga bapak di Indonesia mengonsumsi rokok. ''Menurut survey BPS, dua dari tiga ayah di Indonesia adalah perokok,'' ujar Sri Utari Setyawati, aktivis IFPPD, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ironisnya, lembaga ini memperkirakan, sebanyak 12 juta ayah dari 19 juta keluarga miskin adalah perokok. ''Mereka membelanjakan Rp 23 triliun setiap tahun untuk rokok dengan asumsi rata-rata 10 batang rokok dihirup setiap harinya,'' papar Sri.

Ancaman serius
Dari sudut mana pun, rokok adalah benda berbahaya yang sangat mematikan.

Merokok bisa merangsang munculnya 25 macam penyakit serius. Menurut dr Tjandra Yoga Aditama SpP, spesialis paru dari Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, populasi perokok tetap saja tinggi. ''Bahkan, sekitar 9,3 persen mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia merupakan perokok aktif,'' ungkapnya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Data dari The Tobacco Atlas menyebutkan, pada 2002 Indonesia masuk dalam kelompok lima besar 'negara perokok'. Cina berada di urutan pertama dengan konsumsi 1.643 miliar batang, disusul Amerika Serikat 451 miliar batang, Jepang 328 miliar batang, Rusia 258 miliar batang, dan Indonesia di urutan ke lima dengan konsumsi sebanyak 215 miliar batang.

Lebih lanjut Tjandra menjelaskan, pada asap rokok terdapat sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya. Zat-zat berbahaya dari asap rokok tersebut antara lain: aseton (cat), ammonia (pembersih lantai), arsen (racun), butane (bahan bakar ringan), cadmium (aki mobil), karbon monoksida (asap knalpot), DDT (insektisida), hidrogen sianida (gas beracun), methanol (bensin roket), naftalen (kamper), toluene (pelarut industri), dan vinil chloride (plastik). Penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh rokok antara lain: paru-paru, jantung, kanker, gangguan kehamilan, dan sejumlah penyakit lainnya.

Ikhtisar:
- Indonesia masuk dalam lima besar negara perokok
- Ada sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya dalam rokok.


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=314536&kat_id=13