Senin, 19 November 2007

Fwd: Rindu Mudik - Homesick

--- In ekonomi-islami@yahoogroups.com, "beritarakyat88"

KabarIndonesia - Pepatah mengatakan: "Sejauh-jauh burung terbang,
akhirnya akan kembali ke sarangnya". Hal ini terasakan sekali pada
saat menjelang hari raya Idulfitri (Lebaran), dimana banyak sekali
orang kejangkitan penyakit "Rindu Mudik".

Rindu Mudik ini bukan hanya dirasakan oleh umat Muslim saja
melainkan oleh hampir semua orang Indonesia yang berada dirantau,
entah ia berada di New York, Amsterdam, Hongkong maupun di Jakarta.
Rasa rindu yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di Hong Kong
maupun di Jakarta sama yang beda hanya jaraknya saja.

Pada saat kita rindu mudik, kita teringat akan kampung halaman dan
orang-orang yang kita kasihi, hal ini membuat kita jadi sedih dan
sakit, oleh sebab itulah dalam bahasa Spanyol rindu mudik ini
disebut "el mal de corazón" = sakit hati. Kita teringat akan kampung
halaman, orang tua, masa-masa yang indah diwaktu kecil. Pada saat
kita masih kecil, mungkin kita harus hidup dengan segala
keterbatasan, tetapi kalau saya jujur itu, bagi saya masa tersebut
adalah masa yang paling indah di dalam kehidupan saya. Ingatan saya
ketika masa tersebut adalah: "Woouooo...w fantastic. it's
wonderfull, if we wanna to remember our childhood !"

Mungkin anda masih ingat ketika masa sekolah di sekolah SD, SMP,
nonton bioskop, mancing ikan, bermain diwaktu hujan turun. Memang
kalau dibandingkan dengan permainan anak-anak jaman sekarang, ini
tidak ada apa-apanya, tetapi bagi saya ini masa tersebut mempunyai
nilai yang sangat indah dan tak terlupakan.

Jadi rindu mudik tersebut bisa disamakan juga dengan rindu akan masa
lampau - Notstalgia. Kata Notstalgia itu diserap dari dua kata dalam
bahasa Yunani "Notos" = kembali kerumah dan "algos" = sakit/rindu.

Rindu mudik atau rindu akan kampung halaman dalam bahasa Inggris
disebut Homesick sedangkan dalam bahasa Jerman "Heimweh" . Weh =
sakit, Heim = rumah, Heimat = tanah air. Kata Heim itu sendiri
diserap dari bahasa Jerman kuno Heimoti = Surga.

Kata Mudik diserap dari kata "Udik" yang berarti desa atau jauh dari
kota alias di udik. Mudik berarti kembali ke udik, ke asal usul kita
oleh sebab itu entah anda tinggal dirumah mewah yang bernilai
ratusan milyar Rp ataupun bermukim di Amsterdam ataupun Beverly
Hills sekalipun, ini tidak akan bisa menggantikan suasana seperti
rumah di kampung halaman sendiri, walaupun itu di udik sekalipun
juga. Jadi tepatlah pada saat kita sedang rindu mudik, kampung
halaman itu bagi kita sama seperti juga "surga". Pada saat tersebut
saya merasa iri terhadap mereka yang bisa pulang mudik ke kampung
halamannya.

Di Eropa, penyakit rindu mudik ini lebih dikenal dengan
sebutan "penyakit orang Swiss". Masalahnya sejak abad ke 15 banyak
sekali pemuda dari Swiss yang bekerja sebagai tentara bayaran di
Italy, Perancis, Jerman maupun Belanda. Mereka itu adalah serdadu
bayaran yang pertama, oleh sebab itu juga s/d saat ini di Vatikan
masih tetap mengerjakan para serdadu Swiss.

Kelemahan dari para serdadu Swiss itu mereka sering rindu mudik. Hal
ini membuat banyak serdadu tersebut yang sering minggat maupun bunuh
diri. Maka dari itu pada abad ke 18 di Perancis orang akan dihukum
mati apabila berani menyanyikan atau bersiul lagu kampungnya orang
Swiss "Kuhreihen" (Ranz de Vaches), mereka takut para serdadu
bayaran mereka minggat. Apakah efeknya sama; seperti kalau orang
Jawa mendengar lagu "Benggawan Solo"? Maka dari itu juga banyak
orang Indonesia dirantau senang mendengar lagu musik Keroncong untuk
mengurangi rasa rindu mudik.

Kenapa orang Jawa lebih sering rindu mudik ? Mungkin karena dalam
bahasa Jawa kata "dalem" berarti "saya" dan kata "dalem" itu juga
identis dengan "tempat tinggal".

Mungkin anda bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan
lebih berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa
menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan
batin kita. Semakin lama anda berada ditanah orang semakin terasakan
kekosongan jiwa kita, sama seperti juga HP yang kehabisan batterie.

Pada saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan
kekosongan jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman-siraman
rasa kasih dari orang-orang disekitar kita untuk mengembalikan
kembali kegersangan, kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau.
Sama seperti juga pada saat mengisi batterie; ini tidak harus
berbulan-bulan walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun
juga, hal ini sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa
kita.

Entah anda ini seorang pejabat tinggi, direktor maupun pengusaha,
ketika dirantau anda tetap saja Mr Nobody atau sekedar nomor saja,
tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna
kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.

Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih
sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. Dengan tinggal
beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna
sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan
hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau
di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di kampung
halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan
kita lagi.

Para perantau yang mengadu nasib di kota-kota maupun di luar negeri
pada hari Lebaran dapat bertemu dengan sanak saudara, keluarga,
serta kerabat di tempat kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali
silaturahmi di hari Idulfitri (Lebaran), karena mereka selama satu
tahun atau lebih berpisah; kini di hari yang mulia Idulfitri dapat
berkumpul, bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar
saudara dan kerabat.

Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan
persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam
kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa
menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih
jauh lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita.

Bagi mereka yang tidak begitu bahagia sehingga tidak bisa mudik,
anda masih tetap bisa bersilaturahmi melalui surat, chatting, email,
video maupun telepon, sebab kata arti sebenarnya dari silahturahmi
adalah mendekatkan hubungan kekeluargaan dari segi aspek psikologis
atau rohani saja, tanpa kehadiran jasmani atau fisik. Beda silatu-
`rahim" sebab kata tersebut mengandung makna lebih dalam. Kata rahim
berarti menyertakan jasmani dan rohani.