Minggu, 16 Desember 2007

Fwd: [Republika Online] Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Umat Manusia




28 Nopember 2007
Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Umat Manusia

Hiruk pikuk konferensi PBB mengenai perubahan iklim di Bali pada 3-14 Desember mendatang sudah terdengar. Semua orang berbicara mengenai pemanasan global, perubahan iklim, dan hajatan besar yang dihadiri sekitar 150 negara tersebut. Namun, apa sebenarnya pemanasan global dan perubahan iklim itu?

Dalam atmosfer bumi yang kita tinggali ini pada dasarnya terkandung gas-gas yang disebut gas rumah kaca (GRK). Gas-gas ini, terdiri atas enam gas, namun utamanya adalah karbon dioksida (CO2), dan dalam konsentrasi tertentu dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap hangat.

Gas-gas tersebut berfungsi menahan sebagian panas yang dipantulkan bumi. Ini ibarat fungsi lapisan kaca pada sebuah rumah kaca ( green house). Inilah mengapa suhu rumah kaca lebih hangat dibandingkan suhu di luar. Tanpa GRK, suhu bumi akan jatuh dan mustahil untuk ditinggali manusia. CO2 ideal di atmosfer bumi mengomposisi sekitar 0,03 persen. Dengan komposisi ini, rata-rata suhu bumi yang sebesar 15 derajat Celcius akan tetap terjaga. Dengan kata lain, iklim berjalan normal dan manusia bisa hidup seperti biasa.

Sebagai perbandingan, suhu rata-rata planet Mars yang atmosfernya tak mengandung CO2 adalah minus 50 derajat Celcius. Sementara planet Venus yang atmosfernya mengandung 96 persen CO2 memiliki suhu rata-rata 420 derajat Celcius.

Masalah muncul ketika konsentrasi CO2 di atmosfer bumi meningkat. Menurut perhitungan para ahli, sebelum Revolusi Industri lebih dari dua abad silam, konsentrasi CO2 di atmosfer tercatat sebesar 280 part per million (ppm). Namun, sejak Revolusi Industri, konsentrasi ini mengalami peningkatan sebesar 100 ppm. Sebanyak 50 di antaranya terjadi dalam kurun 200 tahun sejak Revolusi Industri. Sementara sisanya terjadi dalam kurun 33 tahun terakhir, dari 1973 hingga 2006.

Bertambahnya konsentrasi CO2 ini jelas mengakibatkan meningkatnya rata-rata suhu bumi. Masih menurut perhitungan para ahli, secara kasar, rata-rata suhu udara di dekat permukaan bumi meningkat sebesar 0,74 derajat Celcius selama satu abad terakhir.

Dengan laju peningkatan emisi CO2 saat ini, rata-rata suhu permukaan bumi diproyeksi akan mengalami peningkatan yang lebih tajam sepanjang abad ke-21, yakni sebesar 1,1-6,4 derajat Celcius. Fenomena inilah yang disebut-sebut sebagai efek rumah kaca atau pemanasan global. Fenomena yang terjadi sepanjang abad ke-20 ini diyakini memiliki dampak besar bagi kehidupan manusia.

Peningkatan permukaan laut
Meningkatnya suhu bumi dipercaya berkontribusi besar pada peningkatan permukaan air laut. Mengapa? Pertama, naiknya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan mencairnya daratan es di Kutub Utara dan Selatan. Kedua, suhu lautan yang meningkat akan memicu pemuaian massa air laut.

Menurut perhitungan, sejak 3.000 tahun lalu hingga awal abad ke-19, peningkatan permukaan air laut berjalan konstan sebesar 0,1-0,2 mm per tahun. Namun, sejak 1900, permukaan laut meningkat 1-2 mm per tahun. Perhitungan lebih akurat dihadirkan oleh satelit Poseidon milik AS pada 1993. Saat itu diketahui permukaan laut meningkat sebesar kurang lebih 3,1 mm per tahun.

Angka ini tak boleh dianggap enteng. Dengan laju peningkatan saat ini, maka permukaan air laut pada 2100 akan meningkat sebesar 280-340 mm dari level 1990. Ini artinya peta dunia harus digambar ulang. Sebagian Kepulauan Nusa Tenggara dan Maluku akan tenggelam. Di AS, semenanjung Florida dan Manhattan, yang amat terkenal dengan tumpukan pencakar langitnya, tenggelam. Sementara negara-negara kepulauan kecil seperti Maladewa, termasuk negara-negara kecil lainnya di Pasifik, tinggal sejarah.

Maladewa, negara koral yang perekonomiannya bertumpu pada pariwisata pantai, sangat menyadari hal ini. Tak heran jika jargon pariwisata mereka berbunyi 'Kunjungilah kami selagi kami masih ada di sini'. Bisa dibayangkan berapa ratus juta, bahkan miliaran, penduduk dunia yang tinggal di daerah-daerah pesisir harus diungsikan. arp


Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id
Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id/Cetak_detail.asp?id=315253&kat_id=3